72 tahun Merdeka, 54 Tahun Papua Bersama Indonesia
Sebentar lagi peringatan hari kemerdekaan republic Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 agustus. Dan hampir setiap tahun diperingati oleh segenap warga negaranya. Indonesia telah memasuki usia 72 tahun; sebuah usia yang cukup dewasa bagi ukuran usia manusia bagaimana dengan usia Negara, semakin majukah? Semakin mundurkah? Apakah rakyat atau warga negaranya telah merdeka? Sesuai cita-cita perjuangan kemerdekaan itu? .
Tulisan singkat ini tidak bermaksud mengusik momen peringatan 72 tahun kemerdekaan, tetapi lebih kepada sebuah refleksi kemerdekaan dari suatu sudut pandang yang berbeda dari masyakarat Indonesia yang lain. Terutama, bagi kami kaum muda Papua; yang masih terus mempertanyakan keabsahan dari penentuan pendapat rakyat waktu itu.
Semenjak proklamasi 17 agustus 1945 yang dibacakan oleh soekarno dan atasnamakan rakyat Indonesia, tahapan menuju pengakuan kemerdekaan Indonesia kemudian dilanjutkan. Untuk mencapai pengakuan kemerdekaan itu antara lain dilakukan dengan kekuatan bersenjata maupun melalui diplomasi. Dari diplomasi ada beberapa pertemuan yang menghasilkan perjanjian –perjanjian. Dan untuk mencapai tahapan “pengakuan itu, Indonesia butuh waktu hampir empat tahun”. Dimana pihak belanda di desak melalui konfrensi meja bundar dan mengakui kedaulatan Indonesia.
Spanggal sejarah diatas hampir melekat semenjak dibangku sekolah dasar, Lanjutan hingga kuliah. Masih ada pendidikan tentang sejarah yang kadang disampaikan tepat tetapi ada juga yang disampaikan asal-asalan. Yang hasilnya akan terus melahirkan beragam pertanyaan tentang wilayah-wilayah tak berpemerintahan yang kemudian diambil alih seperti Papua.
Tra bermaksud menggurui tentang sejarah Indonesia. Tetapi mari kita lihat bersama ternyata sudah 72 Tahun Indonesia merdeka, lantas 54 tahun Papua telah bersama, jika dihitung dari tahun peralihan pemerintahan dari belanda ke untea dan selanjutnya ke Indonesia. Semenjak klaim sepihak oleh soekarno pada desember 19, 1961 telah merubah situasi papua, dari wilayah yang sedang mempersiapkan Negara menjadi wilayah yang kemudian diduduki.
54 tahun papua ada didalam kesatuan Indonesia, tetapi masih ada segudang misteri penggabungan itu. Walaupun ada beberapa tokoh Papua seperti ketua barisan merah putih, pak Ohee yang menyatakan bahwa orang tuanya ikut dalam sumpah pemuda tetapi hal ini menurut saya sulit dibuktikan, karena daftar hadir dari para peserta saat itu tidak memuat nama kedua orang yang dimaksud beliau. Selain itu, semenjak pendudukan Indonesia atas wilayah papua yang kemudian dijadikan sebuah provinsi Indonesia; telah terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia
Momen kemerdekaan ketika memasuki bulan Agustus, dwiwarna menghiasi seluruh wilayah kabupaten di provinsi Papua maupun Papua Barat, tetapi sudahkah rakyat Papua menerima Indonesia, sudahkah rakyat papua cinta dan bangga dengan Indonesia? Mungkin ada segelintir orang papua akan merasa persatuan ini sudah mutlak tetapi masih ada ribuan rakyat papua yang pro terhadap kemerdekaan Papua.
Melihat kembali pada sejarah bangsa Papua, klaim majapahit dan lain sebagainya tdak sesuai dan terkesan mengada-ada serta akan terus menimbulkan tanda tanya pada generasi mendatang. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kekliruan sejarah yang terjadi, pendudukan atas wilayah papua sebaiknya sesegera mungkin diselesaikan. Jangan terus membiarkan bara didalam sekam, karena sesuatu yang ditutupi akan kemudian terbongkar jika awalnya tak ada kejujuran.
Satu langkah kemajuan pada perjuangan bangsa Papua yang sebenarnya diketahui juga oleh Indonesia adalah, hari ini di Papua ada pemimpin nasionalnya yaitu seorang kepala Negara. Presiden Negara Federal Republik Papua Barat yang berkedudukan di ibukota Negara Papua, Port Numbay (Jayapura). Ini fakta, karena beliau diangkat melalui suatu kongres Rakyat Papua III. Dan tahapan perjuangan yang sedang dilakukan, tak jauh berbeda pada masa pendudukan belanda, yaitu melalui perundingan dan bila terus diabaikan pemerintah Indonesia selanjutnya akan dilanjutkan ke jalur hukum.
Apalah artinya kain warna dipajang besar-besar dalam bentuk spanduk, kiri kanan jalan, tetapi masih ada banyak rakyat kesusahan, mengenakan pakaian tak layak, tidur diemperan toko; rakyat yang tergusur atas nama pembangunan, kemajuan yang entah untuk kepentingan siapa? Jika Negara lahir dari rakyat maka dapat dipastikan rakyat akan sejahtera sesuai cita-cita kemerdekaan itu.
Akhir dari tulisan ini, secara pribadi mengucapkan selamat memperingati hari kemerdekaan untuk rakyat Indonesia 17 Agustus 1945, juga untuk rakyat Republik Gabon 17 Agustus 1960.
Semoga momen peringatan ke-72 bagi Indonesia ini dapat memberi ruang pada rakyat Papua untuk menentukan masa depannya sendiri; demi hubungan baik kedua negara dimasa mendatang.
Salam Juang.
Papua Tetap Merdeka
Phaul Heger