Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Konsepsi Negara Rakyat Mataram


KONSEPSI NEGARA RAKYAT MATARAM
(Asal Usul dan Rekonsiliasi Sejarah)

https://scontent-sin1-1.xx.fbcdn.net/hphotos-xta1/v/t1.0-0/11391250_1454321268195371_1867447043846694179_n.jpg?efg=eyJpIjoiYiJ9&oh=202c897870b5fccd9f94a83178aff3c7&oe=562FFEB4 Mataram sebagai Negara di wilayah Jawa terbentuk atas perjuangan 3 Serangkai, Ki Ageng Pamanahan, Danang Sutawijaya,Ki Juru Mertani yang mendapat hadiah dari Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir), Sultan dari Kesultanan Pajang atas keberhasilannya menumpas pemberontak Pajang, yaitu Arya Penangsang. Dimana Danang Sutawijaya sebagai eksekutor operasi penumpasan tersebut.
Hadiah tersebut adalah diberikannya tanah perdikan (tanah merdeka), bernama Alas Mentaok kepada Ki Ageng Pamanahan sebagai pemegang otoritas pembangunan Mentaok.

Ki Ageng Pamanahan adalah ayah sekaligus pengasuh Danang Sutawijaya. Sedangkan Ki Juru Mertani adalah ahli strategi politik. Namun ada yang menyebut, bahwa sebenarnya Danang Sutawijaya adalah anak Sultan Hadiwijaya, bukan dari permaisuri. Oleh sebab itu, Danang Sutawijaya diangkat oleh Pemimpin Kesultanan Pajang tersebut. Kesultanan Pajang merupakan Kerajaan terusan dari Kerajaan Demak Bintoro.
Ki Ageng Pamanahan sebagai penerima tanah perdikan Mentaok memiliki status hukum legal atas tanah tersebut untuk dibangun dan dikelola demi kemakmuran masyarakat yang menempati wilayah tersebut.
Dalam proses pembangunan membuka lahan alas mentaok tersebut, Ki Ageng Pamanahan memiliki seorang sahabat bernama Ki Ageng Giring. Dari persahabatan tersebut, terjadilah sebuah perjanjian diantara keduanya, karena keinginan Ki Ageng Giring untuk menempatkan anak cucunya sebagai Penguasa Jawa melalui wilayah tersebut. Perjanjian antara keduanya yang hingga kini menjadi PAGEURAN atau Hukum Adat Mataram.
Namun sebenarnya Ki Ageng Giring, tidak ikut bekerja keras dan berkeringat dalam membangun wilayah Mentaok tersebut.
Banyak mitos beredar, tentang wahyu buah kelapa tentang kekuasaan Mataram. Namun disini saya tidak akan menyinggung mitos buah kelapa tersebut, karena mitos tidak bisa dijadikan alasan rasionalitas dari politik dan hukum.

Saya lebih mencurigai bahwa oknum Ki Ageng Giring adalah seorang yang disusupkan oleh Sultan Pajang untuk penguasaan Mentaok.
Dalam perjanjian tersebut terbentuk sebuah konsensus kepemimpinan Mataram secara bergantian dari keturunan Ki Ageng Pamanahan dan Ki Ageng Giring. Dan Danang Sutawijaya adalah Putera Mahkota atau Pemimpin yang akan menggantikan Ki Ageng Pamanahan. Hal ini didasari konsensus dari Ki Ageng Pamanahan dengan Danang Sutawijaya, dalam proses pemberian Alas Mentaok, dengan Ki Ageng Pamanahan sebagai pihak yang diajukan ke Sultan Pajang. Hal ini, karena Sultan Pajang tidak menyukai Danang Sutawijaya.

Waktu berjalan, Alas Mentaok pada akhirnya berhasil menjadi sebuah tatanan Desa-Kota yang rapih. Dan terbangun sistem politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan yang rapih. Pelaku utama dalam pembangunan ini adalah Ki Ageng Pamanahan sebagai Pemimpin sekaligus Penasehat, Danang Sutawijaya sebagai eksekutor dan Ki Juru Mertani sebagai ahli strategi politik dan militer.
Pada akhirnya, Ki Ageng Pamanahan berpulang kehadiratNya dan Danang Sutawijaya menggantikan Ki Ageng Pamanahan untuk memimpin wilayah Mentaok.

Dengan kepemimpinan Danang Sutawijaya, Desa-Kota Mentaok dirubah menjadi Negara Mataram. Negara Mataram ini diajukan pada Sultan Hadiwijaya untuk menjadi Negara Bagian Kesultanan Pajang, namun berdaulat dan merdeka.
Sultan Hadiwijaya menyetujui dan mengangkat Danang Sutawijaya menjadi Pemimpin Mataram dengan gelar Panembahan Senopati.

Dari otoritas inilah, Panembahan Senopati mulai menata serius Mataram untuk menjadi Negara maju dengan penguatan basis-basis Desa. Panembahan Senopati tidak pernah mengangkat dirinya menjadi Sultan atau Raja, melainkan sebagai Pemimpin yang menjadi Wakil Tuhan di dunia. Dan Rakyatlah adalah Raja di bumi Mataram.
Kemajuan Panembahan Senopati dalam membangun Mataram begitu pesat. Sehingga para Kepala Desa di wilayah kekuasaan Pajang, lebih memilih membayar pajak pada Mataram dan menginginkan dipimpin oleh Panembahan Senopati.
Kondisi ini membuat Sultan Pajang menjadi marah dan merasa dikangkangi oleh Danang Sutawijaya. Hingga terjadinya konflik yang menghasilkan pertempuran antara Pajang dan Mataram. Dan Mataram berhasil mengalahkan Pajang. Namun dengan kerendahan hati Panembahan Senopati, Sultan Hadiwijaya tetap diposisikan menjadi Sultan Pajang.

Dan beberapa waktu kemudian, suksesi Kesultanan Pajang terjadi. Pangeran Benowo menggantikan Sultan Hadiwijaya sebagai Sultan Pajang, setelah sebelumnya meminta Danang Sutawijaya untuk menjadi Sultan Pajang. Namun ditolak oleh Panembahan Senopati, karena sebetulnya menolak kekuasaan Kesultanan. Namun untuk menghormati Benowo, Panembahan Senopati tetap menempatkan Pangeran Benowo sebagai Raja atau Sultan Pajang hingga masa Pangeran Benowo mangkat.

Setelah Pangeran Benowo mangkat, Kesultanan Pajang bubar. Dan Mataram menjadi Negara Kerakyatan satu-satunya yang memimpin Jawa. Negara Mataram pada saat itu adalah penantang imperialis VOC di Jawa. Dan tidak pernah tunduk pada VOC dengan bersekutu dengan Negara-Negara di Wilayah Nusantara untuk melawan penjajahan.

Namun, doktrin Ki Ageng Giring rupanya tumbuh pada keturunan-keturunannya. Sehingga, politik Giring adalah membangun konspirasi agar anak cucu Panembahan Senopati tidak lagi memimpin Mataram. Keturunan Senopati, Pangeran Purbayan yang merupakan kader kuat Senopati meninggal dunia di Ciledug saat menyerang VOC di Batavia.

Waktu berjalan, Panembahan Senopati pada akhirnya mengundurkan diri. Dan kepemimpinan Mataram digantikan Sultan Agung Hanyokrokusumo yang merupakan keturunan Giring. Dan menjadikan Mataram sebagai Kesultanan. Kemudian setelah mangkatnya Sultan Agung, VOC membelah Mataram, kemudian terjadilah Perjanjian Giyanti dengan terbentuknya 2 kekuasaan besar, yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Serta 2 kekusaan Kadipaten, yaitu Pakualaman dan Mangkunegaran.
VOC sebagai Penguasa Imperialis mulai membangun dan merancang Penataan Nusantara menjadi Pemerintahan Boneka demi kepentingan ekonomi mereka.
Ini terus hingga terjadi kontrak politik antara VOC dan Sultan HB VIII,dimana dibangun sebuah hubungan penguasaan Kerajaan-Kerajaan Nusantara, dimana Kesultanan Yogyakarta sebagai koordinator. Termasuk diciptakannya Javanese Bank sebagai Bank Sentral.

Pergolakan di bumi Nusantara tetap dibiarkan terjadi hingga dibangun semangat kebangsaan. Ketika semua rapih, VOC mundur dan dibubarkan. Dan Kerajaan Belanda maju sebagai Negara yang datang untuk menguasai Nusantara. Di Nusantara mulai terbangun semangat kebangsaan hingga terbentuk gerakan kebangsaan bernama Indonesia.
Namun Kekaisaran Jepang yang saat itu memiliki hasrat menguasai Dunia termasuk Nusantara berhasil memukul Belanda mundur. Dan Nusantara telah menjadi Indonesia sebagai sebuah gerakan menuju Negara Merdeka.

Penguasaan Jepang tidak berhasil lama hingga menguasai penuh. Karena Amerika Serikat yang juga bertempur dengan Jepang, berhasil mengalahkan Jepang dengan membom Nagasaki dan Hiroshima. Dengan kalahnya Jepang atas Amerika Serikat, kesempatan ini dimanfaatkan Indonesia sebagai sebuah gerakan untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Kemudian Pemerintahan Indonesia mulai dibentuk.
Setelah itu Inggris ingin mengambil alih Indonesia, karena merasa menciptakan Indonesia. Namun Belanda menunggangi Inggris sekaligus menjadikannya sebagai bumper. Dan Inggris pun kalah, sehingga Belanda berhasil mengambil peran dan melakukan agresi militer.

Dibalik agresi militer Belanda ini, jelas terdapat agenda tersembunyi antara Belanda dan Kesultanan Yogyakarta. Dimana saat itu, Ibukota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta (1948), tidak lama kemudian di atur terjadinya Perjanjian Konferensi Meja Bundar 1949.

Disinilah Kesultanan Yogyakarta dimana Sultan HB IX menjadi penentu sahnya Indonesia sebagai Republik Indonesia Serikat. Dan Soekarno dilantik di Yogyakarta, kemudian dibawa kembali ke Jakarta. Dan Ibukota dikembalikan Ke Jakarta dan Yogkarta berkedudukan sebagai satu-satunya Kesultanan di Republik Indonesia. Sementara Kerajaan-Kerajaan di Nusantara dileburkan ke dalam Indonesia.

Soekarno sebagai Presiden membubarkan RIS dengan mengeluarkan Dekrit Presiden. Namun beberapa tahun kemudian di gulingkan Sultan HB IX dan diangkat Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia. Dan Sri Sultan HB IX tetap sebagai penentu berlangsungnya Pemerintahan Indonesia. Karena secara hukum Internasional,dapat dikatakan bahwa beliaulah Pemilik Indonesia selain dari Kerajaan Belanda.
Namun Sultan HB IX tidak pernah menetapkan Putera Mahkota. Hal ini dapat terlihat bahwa Sultan HB IX tidak pernah mengangkat isteri-isterinya menjabat Ratu Praweswari yang berhak menurunkan Putera Mahkota.
Sultan HB X menjadi Raja, atas dasar rapat keluarga untuk kepentingan pribadinya agar diangkat menjadi Raja. Sebenarnya hal ini tidaklah sah dalam kedudukan Raja. Namun dunia Internasional memanfaatkan posisi Sultan HB X agar dapat terus memegang Perjanjian KMB 1949. Akan tetapi kekuasaan Sultan HBX hanya berada dalam Yogyakarta saja. UU Keistimewaan itulah kekuasaan Sultan, itupun sembari bekerja sebagai Gubernur. Namun di wilayah Nasional, HBX tidak pernah kuat, beliau tidak pernah berhasil dalam percaturan Nasional untuk menjadi Presiden atau Wakil Presiden.
Pada 2015, Sultan HBX mengeluarkan Sabda Raja. Percaya atau tidak, tapi saya meyakini bahwa ini adalah sebuah takdir. Yaitu Takdir atas berakhirnya Kesultanan Yogyakarta.

Dan tentu setelah berakhirnya Kesultanan Yogyakarta, Kepemimpinan Jawa haruslah dikembalikan pada Mataram Jawa, Panembahan Senopati. Dimana posisi Panembahan Senopati adalah Pemimpin sekaligus Wakil Tuhan dan Rakyat Mataram adalah Rajanya.

Mataram Jawa saat ini, tentu disesuaikan dengan kondisi mutakhir kekinian. Yaitu menjadi Negara Rakyat Mataram. Dimana Rakyat adalah Rajanya dan Terpimpin oleh Pemimpin yang bergelar Panembahan Senopati II.

Tugas dari Panembahan Senopati II ini ada 2 Hal : 
Pertama, adalah Merekonsiliasi sekaligus Meluruskan Sejarah-Sejarah yang melenceng.
Kedua adalah, membatalkan Perjanjian KMB 1949. Dan menarik kembali HAK-HAK Kerajaan Nusantara untuk dikembalikan ke Pemiliknya dan di tata bersama-sama. Dimana tugas ini adalah bentuk Ibadah pada Allah sebagai Tuhan Semesta Alam secara langsung dan Ibadah pada Nya dalam hubungan sosial.

Negara Rakyat Nusantara dibangun untuk Penataan ini. Dimana Negara Rakyat Nusantara adalah Negara Presidium yang terdiri dari Negara-Negara Merdeka secara sejajar. Dan Rakyat adalah Pemilik Negara.

Merdeka !!!.

Yudi Syamhudi Suyuti
Presiden Negara Rakyat Nusantara.