Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BANGSA-BANGSA BERADAB DI DUNIA, DATANGLAH MENOLONG KAMI, KAMI SEDANG DIMUSNAHKAN DI ATAS TANAH LELUHUR KAMI


ARTIKEL WEST PAPUA:
BANGSA-BANGSA BERADAB DI DUNIA, DATANGLAH MENOLONG KAMI, KAMI SEDANG DIMUSNAHKAN DI ATAS TANAH LELUHUR KAMI

Oleh Dr. Socratez S.Yoman

1. Pendahuluan

Mengapa saya menulis dengan topik "Bangsa-Bangsa Beradab di Dunia, Datanglah Menolong Kami, Kami Sedang Dimusnahkan Di Atas Tanah Leluhur Kami?" Judul ini saya tidak mengecilkan & meremehkan dukungan, perhatian, kepeduliaan dan suara komunitas Internasional yang meningkat secara signifikan dan berdiri bersama-bersama dengan rakyat dan bangsa West Papua dalam spirit kemanusiaan, keadilan, kesamaan hak dan martabat manusia.

Tetapi, judul ini lebih menggugah hati para pembaca yang belum terlibat dalam misi penyelamatan bangsa West Papua yang semakin punah di atas tanah leluhur mereka.

Sebelum saya sampaikan beberapa fakta yang saya hidup dari pendapat dan komentar dari berbagai kelompok, saya sebagai salah satu Gembala umat Tuhan di West Papua menyampaikan terima kasih banyak kepada semua orang yang sudah berdiri bersama kami demi nilai kemanusiaan untuk mengakhiri penderitaan rakyat dan bangsa West Papua di bawah pendudukan dan kolonialisme Indonesia.

2. Mr. Zeid Ra'ad Al Hussein

Mr. Hussein Komisioner Tinggi HAM PBB mengakui:

"Saya sangat prihatin atas meningkatnya penggunaan kekuatan aparat keamanan, pelecehan, penangkapan dan penahanan sewenang-wenang oleh aparat keamanan di Papua."

"Seorang ayah dari Papua yang anaknya ditembak mati. Istri dari pembela HAM yang diracun pada tahun 2004 tetapi pelakunya sekarang masih bebas." (7 Februari 2018).

Saya sendiri belum tahu, apakah orang-orang West Papua yang hadir bertemu dan memberikan kesaksian dengan Komisioner HAM PBB telah menyampaikan laporan utuh tentang pelanggaran berat HAM merupakan kejahatan Negara di West Papua? Hanya dua berita ini saja yang disebut oleh Komisioner, berarti orang-orang yang memberikan kesaksian ini adalah sudah dibina oleh pemerintah dan TNI/Polri. Kalau ini benar, sejarah PEPERA 1969 telah diulang kembali. Karena pada saat pepera 1969, jumlah peserta 1.025 orang dipilih oleh pemerintah dan TNI dan dibawah tekanan dengan suara bulat tinggal dengan Indonesia.

3. Mr. Moazzam Malik

Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Mr. Malik pada saat berkunjug ke West Papua mengakui:

"Saya sangat tertarik, ingin mengetahui tentang Papua. Selama ini informasi saya dapat di media tentang Papua sehingga kurang jelas kebenarannya."

"Kalau saya ajak bicara dengan para pejabat tinggi di Jakarta dan politisi di Pusat, mereka tidak banyak yang tertarik membahas tentang Papua."

"Kalau dilihat dari indikator sosial, orang asli Papua masih sangat miskin. Apalagi mengenai kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang mereka peroleh masih sangat sulit dibandingkan dengan suku lain di Indonesia." ( Kompas. Com, 20/11/2017).

4. Step Vaessen

Step adalah wartawan Al Jazeera, dalam laporannya yang berjudul: Hollow Eyes of Hunger Indonesia's Papua sbb:

"Di tubuh-tubuh kecil dengan tulang yang hampir menembus kulit mereka, mata bayi-bayi Papua menceritakan kisah mereka."

"Diperkirakan ratusan anak-anak yang meninggal karena kekurangan gizi dan wabah campak merupakan bukti yang menyakitkan atas kelalaian ini."

"Diabaikan oleh petugas kesehatan dan pejabat pemerintah, banyak anak tidak diimunisasi atau diberi perawatan kesehatan dasar."

"Dan ini terjadi di dekat tambang emas terbesar di dunia yang dioperasikan oleh perusahaan Freeport, pembayar pajak terbesar di Indonesia."

"Suku Asmat paling terpukul. Pemukiman suku di bagian Selatan Papua jauh dari kota terdekat dan banyak orang Asmat terpaksa mengubur anak-anak mereka tanpa menemui dokter."

"Mereka yang memiliki perahu mendayung ke pos kesehatan terdekat, namun diusir oleh petugas kesehatan yang tampaknya kurang memiliki komitmen dan ketrampilan untuk membantu."

"Kami melakukan perjalanan ke Asamat, sebuah pemukiman sekitar tiga jam dengan Speadboat dari kota terdekat Agats. Selama empat bulan terakhir, setidaknya 29 anak meninggal di sana."

"Aloysius Beorme kehilangan anak laki-lakinya yang berumur satu tahun karena tidak punya uang untuk menyewa kapal."

"Ketika akhirnya berhasil mendayung perahu berjam-jam ke Klinik, anaknya meninggal tak lama setelah tiba."

"Upaya untuk membawa kemajuan ekonomi ke kawasan ini terutama menguntungkan pendatang baru dari daerah lain Indonesia yang mulai usaha kecil mereka, menjual makanan instan sekarang membunuh anak-anak Papua."

"Suku Asmat menghadapi krisis identitas yang serius yang sejauh ini dibiarkan musnah dengan sendirinya."

5. Prof. Dr. Franz Magnes-Suseno

Apa yang dinubuatkan Prof Franz telah menjadi kenyataan sekarang ini. Saya terus mengutip penyataan ini karena apa yang ditulis Frof Magnes adalah fakta hari ini.

"Situasi di Papua adalah buruk, tidak normal, tidak beradab, dan memalukan, karena itu tertutup bagi media asing. Papua adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia" ( hal.255)

" ...kalau orang-orang asli Papua makin banyak yang meninggal karena AIDS, TBC, penyakit-penyakit lain, kalau mereka terus ketinggalan, miskin, dan tersingkir, kalau mereka mengalami nasib yang sama seperti Indian di Amerika Utara atau Aboriginal di Australia, kita akan ditelanjangi di depan dunia beradab sebagai bangsa biadab, bangsa pembunuh orang-orang Papua, meski tidak senjata tajam" (hal. 257). ( sumber: Magnis: Kebangsaan, Demokrasi, Pluralisme: Bunga Rampai Etika Politik Aktual, 2015).

6. Herman Wayoi

Herman Wayoi saksi dan pelaku sejarah dan putra West Papua terdidik dan terpintar pernah meramalkan nasib bangsa West Papua.

"Pemerintah Indonesia hanya berupaya menguasai daerah ini, kemudian merencanakan pemusnahan Etnis Melanesia dan menggatinya dengan Etnis Melayu dari Indonesia. Hal ini terbukti dengan mendatangkan Transmigrasi dari luar daerah dalam jumlah ribuan untuk mendiami lembah-lembah yang subur di Tanah West Papua. Dua macam operasi yaitu:
Operasi Militer dan Operasi Transmigrasi menunjukkan indikasi yang tidak diragukan lagi dari maksud dan tujuan untuk menghilangkan Ras Melanesia di tanah ini. Rakyat Papua yang terbunuh dalam operasi-operasi militer di daerah-daerah terpencil atau pelosok pedalaman dilakukan tanpa prosedur hukum dan pandang bulu apakah orang dewasa atau anak-anak. Memang ironis, ketidakberpihakan hukum yang adil menyebabkan nilai orang Papua dimata aparat keamanan Pemerintah Indonesia tidak lebih dari seekor binatang buruan."

(Sumber: Socratez Sofyan Yoman: Pemushan Etnis Melanesia: Memecah Kebisuan Sejarah Kekerasan di Papua Barat, 2007, hal. 236-146).

Membaca dari uraian berbagai pendapat dan laporan ini, membuktikan bahwa Pemerintah Republik Indonesia benar-benar menduduki, menjajah dan melakukan pemusnahan etnis bangsa West Papua secara sistematis, terstruktur, terprogram dan massif.

Terima kasih.

Ita Wakhu Purom, 08/02/18
.